***SELAMAT DATANG DI RUANG INFORMASI KEGIATAN WARGA RT 027 RW 07 PENGOK KIDUL KEL. BACIRO KEC. GONDOKUSUMAN KOTA YOGYAKARTA***

PAK SUKRO, LEGENDA HIDUP SEORANG PENJAHIT

Di ujung utara Jl. Pengok Kidul Yogyakarta, ada sebuah kios berwarna hijau. Di kios itulah Pak Sukro (76 tahun) di hari tuanya tetap berkarya sebagai seorang penjahit. “Penjahit Puncak”, demikian Pak Sukro memberi merek pada usahanya. Ditemani salah satu anaknya, Pak Sukro setiap hari bergelut dengan kain, benang, gunting dan irama mesin jahit. Tiada jemu, tiada lelah, karena pilihan hidup telah diputuskan.


Pengalaman panjang sebagai seorang penjahit diawalinya  ketika tahun 1957 masuk sekolah menjahit di Semarang. Pendidikan itu dia tempuh selama dua tahun dan setelah lulus ujian negara, dia berangkat ke Bandung untuk menimba pengalaman. Di Braga Tailor Jl. Braga Kota Bandung, Pak Sukro serius untuk belajar mempola dan menjahit jas. Bukan perkara mudah untuk membuat sebuah jas karena ada beberapa gaya jas yang harus dipelajari. Menurutnya, di dunia ada tiga gaya potongan jas yang menjadi rujukan para penjahit. Gaya Italia, Perancis dan Amerika. Semuanya memiliki ciri khas yang membedakan satu dengan lainnya.

Merasa pengalaman membuat jas sudah cukup, Pak Sukro mencoba peruntungan dengan hijrah ke Jakarta. Tahun 1964, dia bekerja di Ramson Tailor di Jl. Pintu Air Raya Jakarta. Tak bertahan lama hidup di Jakarta, Pak Sukro memutuskan untuk pulang ke Semarang, niatnya cuma satu, membuka usaha sendiri. Pasang surut usahanya di Semarang membuatnya berpikir untuk mencoba peruntungan baru. Yogyakarta dipilih sebagai pelabuhan baru untuk memperbaiki kehidupan.

Tahun 1980, Pak Sukro bekerja di Waspada Tailor di Jl. Perwakilan Yogyakarta sebagai langkah awal hidup di Yogyakarta. Cuma setahun bertahan di Waspada Tailor, dia mendapat tawaran untuk ikut bergabung dengan Prima Tailor, di daerah Demangan, yang baru didirikan. Cukup lama Pak Sukro bergabung dengan Prima Tailor, sebelum akhirnya memutuskan untuk mandiri.

Di daerah Babadan, Pak Sukro awalnya membuka usaha menjahitnya. Dalam beberapa tahun dia sudah berhasil mendirikan cabang, di Jl. Cendana dan di seputaran Jl. Mawar. Saat jalan-jalan pagi, Pak Sukro melihat satu kios kosong di ujung utara Jl. Pengok Kidul. Merasa tertarik dengan lokasinya, dia mencoba untuk mencari informasi, milik siapa kios tersebut. Hingga pada akhirnya, tahun 1989 Pak Sukro resmi membuka usaha di Pengok Kidul sampai saat ini.


Telah 56 tahun Pak Sukro setia dengan profesinya sebagai seorang penjahit. Suka duka sebagai seorang penjahit telah dirasakannya. Ada kalanya pekerjaan berlimpah dan ada kalanya pekerjaan sepi. Kesetiaannya menjalani profesi membuatnya menjadi legenda hidup. Entah sampai kapan Pak Sukro akan terus berkarya karena menjahit telah menjadi hidupnya. Di senja usianya, Pak Sukro masih terus giat bekerja untuk menghidupi profesi yang mungkin sudah sangat jarang anak muda yang tertarik menggelutinya. Pak Sukro tidak perlu cemas, karena tiga dari enam anaknya kini memilik profesi yang sama sebagai seorang penjahit. Sang legenda telah menurunkan ilmunya kepada anak-anaknya. Selamat bekerja Pak Sukro.

1 komentar:

  1. Salut buat Pak Sukro sebagai penjahit, semangatnya sangat luar biasa jasa jahit setelan batikkami juga penjahit seragam sekolah lo Pak.

    BalasHapus